Selasa, 30 November 2010

Pendekatan Melalui Agama

Pendekatan Melalui Agama

Berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) akan diselesaikan tidak sekedar mengandalkan kekuatan regulasi, tapi juga lewat pendekatan budaya dan agama. Karena itu, pemuka agama dan tokoh masyarakat memegang peranan penting untuk turut serta menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.

agama juga dapa memberikan petunjuk bagi setiap masyarakat yang berkumpulan dalam satu tempat , dan agama pun saling memberikan pedoman agar Adapun aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan diantaranya :

1.Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya.
2.Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa.
3.Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam segala aktivitasnya.
4.Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang bertentangan dengan ajarannya.

Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-upaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama, diantaranya :

a. Upaya pemeliharaan kesehatan
Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil yaitu sejak janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat begitu juga dengan ibunya. Kesehatan merupakan faktor utama bagi umat manusia untuk dapat melakukan/menjalani hidup dengan baik sehingga dapat terhindari dari berbagai penyakit dan kecacatan. Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :
1.Makan makanan yang bergizi
2.Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan : kebersihan sebagian dari iman)
3.Berolah raga
4Pengobatan diwaktu sakit

b.Upaya pencegahan penyakit
Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu sakit. Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
1.Dengan pemberian imunisasi
Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu hamil, WUS, murid SD kelas 1 sampai kelas 3.
2.Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun
(Surah Al-Baqarah ayat 233). Ayat tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI sampai ia berusia 2 tahun.
3.Memberikan penyuluhan kesehatan. Dapat dilakukan pada kelompok pengajian, atau kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.

c.Upaya pengobatan penyakit
Nabi saw bersabda : ” Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah, ada obat yang diturunkan-Nya.”

Dalam hati ini umat manusia dinjurkan untuk berobat jika sakit.Pandangan agama (agama Islam) terhadap pelayanan Keluarga Berencana. Ada dua pendapat mengenai hal tersebui yaitu memperbolehkan dan melarang penggunaan alat kontrasepsi. Karena ada beberapa ulama yang .mengatakan penggunaan alat kontrasepsi itu adalah sesuatu/hal yang sangat bertentangan dengan ajaran agama karena berlawanan dengan takdir/kehendak Allah. Pendapat/pandangan agama (agama Islam) dalam pemakaian IUD.

daftar pustaka:

• http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7247:-pendekatan-agama-budaya-cegah-kekerasan-pada-perempuan-anak&catid=57:nasional&Itemid=212


• Depkes RI, MA 103, Ilmu Sosial Budaya Dasar.Untuk Prog Bidan Pusdiknakes. Jakarta 1996
Nasrul Effendi. Drs. Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta 1998

Nilai Nilai filososfi Dalam Pembangunan

Nilai Nilai filososfi Dalam Pembangunan

Pembangunan nasional pada dasarnya memiliki arti penting dan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia. Disebabkan karena pembangunan hukum nasional merupakan upaya untuk mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana yang disyaratkan pada pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pembangunan hukum yang dilandasi oleh nilai dasar atau nilai ideologis, nilai historis, nilai yuridis serta nilai filosofinya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat untuk dapat menikmati rasa keadilan, kepastian manfaat hukum yang pada akhirnya akan bermuara pada pembentukan sikap dan kesadaran masyarakat terhadap hukum.

Bagi masyarakat yang sedang membangun sebagaimana halnya masyarakat Indonesia, membangun termasuk di dalamnya membangun hukum tidak saja berarti kontrol dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi hukum yang dibangun harus juga berfungsi sebagai sarana untuk memelihara dan sekaligus untuk mengembangk Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.Dan juga keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.Apa yang dapat dipelajari dari krisis ekonomi yang berlangsung saat ini adalah bahwa Indonesia telah mengambil strategi pembangunan ekonomi yang tidak sesuai dengan potensi serta kondisi yang dimiliki.

Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.Dan juga keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.

Daftar Pustaka:
Harjito Notopuro, Konsep Filsafat Hukum Pembangunan Nasional, Jakarta P.T Raja Grafindo, 1993

Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan Kala I , II , III , IV

Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan Kala I , II , III , IV

Tidak dapat di pungkiri , bahwa masih ada mitos yang berkembang di masyarakat , diantaranya Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. pada ibu hamil kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Soalnya, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal.

Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas,dan akhirnya dilakukan jalan operasi.

Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar. Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi.Diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban.

Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya.

Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. . Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan. Akan halnya telur tak masalah, karena mengandung protein yang juga menambah kalori.

Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan. Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran. Duren mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape. Pun untuk masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena bisa mengakibatkan keguguran. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak.

Sebenarnya, kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi. Sedangkan faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan.



Daftar pustaka :
•http://miamisland.blogspot.com/2010/03/aspek-sosial-budaya-pd-setiap.html

Senin, 29 November 2010

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN KESEHATAN

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN KESEHATAN

Kondisi dan status yang di miliki oleh indonesia yang berhubungan dengan faktor pendorong dan penghambat pembangunan kesehatan masihlah sangat menyedihkan , dalam arti bahwa sangat masih kurangnya pengetahuan masyarakat indonesia pentingnya akan kesehatan , terutama untuk mereka yang berada dalam pedesaan . Hal ini dapat dilihat dari kesehatan yang di alami oleh ibu dan bayi , namun juga masyarakat yang sakit terutama yang berada dalam pedesaan .

Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih sangat rentannya masalah tentang pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan , ini mungkin di sebabkan oleh yang memang tidak asing lagi yaitu kurangnya pengetahuan tentang kesehatan , mungkin ini juga karena di sebabkan oleh masih kurangnya penyuluhan kesehatan yang di adakan khususnya di dalam pedesaan yang masih sangat rentan akan pengetahuan kesehatan .

Walaupun penyuluhan di adakan , namun bila tidak di laksanakan secara merata , itu tidak akan membuatkan hasil yang begitu signifikan , oleh sebab itu seharusnya di adakan penyuluhan kesehatan yang merata dari berbagai lapisan masyarakat , dan inipun menjadi salah satu problema yang di alami oleh indonesia dalam faktor penghambat pembangunan kesehatan .
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembangunan kesehatan di indonesia , diantaranya :
1. Disparitas status kesehatan
Banyak di inonesia yang masih bekerja sebagai buruh upah , di sini meraka medapatkan upah yang masih terbilang sangat rendah , begitu juga dengan mendapatkan hak kesehatan yang layak , bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif dirumah sakit dan puskesmas . Selama ini Kesehatan Dianggap sebagai barang yang mahal, Kesehatan Di Indonesia hanya untuk kalangan berpunya orang miskin dilarang sakit disini . tragis , mengingat Kekayaan Indonesia yang luar biasa banyak . Kemana hasil-hasil bumi Indonesia .

2. Beban Ganda penyakit
Bagi masyarakat Indonesia khususnya , penyakit memiliki beban ganda , yang pertama adalah rasa sakit yang diderita dan Uang yang cukup banyak Untuk mengatasi masalah penyakit yang dideritanya . Hal ini memberikan dampak negative pada Pasien yang bersangkutan , karena keterbatasan dana , mereka mendapatkan keterbatasan Pelayanan kesehatan .

3.Kinerja Pelayanan yang rendah
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat , Agung Laksono , menilai kinerja pelayanan kesehatan masih rendah terutama di daerah tertinggal , terpencil , perbatasan dan pulau-pulau terluar . "Padahal kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk , "katanya , malam ini. Agung Laksono, menjelaskan hal itu merupakan tantangan pembangunan kesehatan di Indonesia yang memerlukan dukungan semua elemen bangsa . "Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan masih dibawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan yang harus segera diatasi , " katanya . Dikatakan , hingga saat ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas rasio dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi . " Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua tenaga kesehatan yang diperlukan , " katanya .

4.Perilaku masyarakat yang kurang mendukung hidup Bersih
Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan system yang mengatur kesehatan . Jika anda berkunjung ke Jakarta misalnya , lihatlah sungai disana kini sungai di Jakarta mengalami perubahan fungsi , fungsi sungai bukan lagi menjadi tata perairan kota tapi tempat sampah umum . Belum lagi ada masyarakat yang MCK di sungai , begitu pula di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita temukan di masyarakat kita .

5.Rendahnya Kondisi kesehatan lingkungan
Rendahnya Pembangunan Ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok masalah ini.hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial Baik Papan,sandang dan pangan. Pertanyaan mengapa kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak berpunya , mungkin jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang buruk .
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor :
1.Environment atau lingkungan.
2.Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
3.Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4.Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Daftar Pustaka :
•(http://www.menegpp.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=262:rakornas-pembangunan-pp-dan-pa-tahun-2010&catid=36:press-release&Itemid=87)
PENDEKATAN MELALUI PAGUYUBAN DAN SISTEM BANJAR

Di dalam orang bali terdapat kelompok - kelompok yang mengikat orang bali yang berdasarkan prinsip keturunan , namun ada pula dari kesatuan kesatuan wilayah yaitu desa . Kesatuan - kesatuan sosial serupa di perkuat oleh kesatuan dari upacara adat , dan keagamaan yang masih berlaku di masyarakat bali . Ada perbedaan yang tampak antara desa di pegunugan dengan adat istiadat di desa tanah darat , yang menjadi warga desa adat dam mendapatkan tempat duduk yang khas di balai desa yang di sebut Bale Agung , dan ia berhak untuk mengukuti rapat - rapat desa yang di adakan secara teratur pada hari - hari yang di tentukan .

Ada beberapa ciri - ciri pengayuban , di antaranya :
Menurut Ferdinand tones ciri-ciri pokok dari paguyuban antara lain :
1.Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2.Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja
3.Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan tidak untuk orang lain diluar "kita"

Sedangkan secara umum ciri - ciri paguyuban , yaitu :
1.Adanya hubungan perasaan kasih sayang
2.Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan
3.Tidak suka menojolkan diri
4.Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif
5.Sifat gotong royong masih kuat
6.Hubungan kekeluargaan masih kental

Ada beberapa tipe pengayuban , yaitu :
Memiliki tiga tipe yang ada di masyarakat yaitu :
1.Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood)
2.Paguyuban karena tempat (Gemeinschaft by place)
3.Paguyuban karena jiwa pikiran (Gemeinschaft by mind)

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN KESEHATAN IBU

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN KESEHATAN IBU

Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik yang tak kunjung membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan budaya yang kondusif. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia sama sekali belum bisa dikatakan menggembirakan.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100 ribu kelahiran. Tingginya angka kematian ibu dan bayi sebesar 307 per 100 ribu kelahiran hidup, menjadi salah satu indikatornya buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai upaya perbaikan serta penanganan telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan.

Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah pendarahan dan eklampsia. Kedua sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal satu kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun.SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin mempunyai anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 menjadi sebab utama menurunnya daya beli PUS terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi.

Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per 100.000 kelahiran hidup.Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum.

Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada daerah dan tahun tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu,didaerahtertentu. Konstanta= 1000 bayi lahir hidup.

Sebab kematian ibu adalah :
•Perdarahan
•Hipertensi
•Infeksi

Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas perdarahan post partum, perdarahan berkaitan abortus, perdarahan akibat kehamilan ektopik, perdarahan akibat lokasi plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan absupsio plasenta), dan perdarahan karena ruptur uteri.
Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas hipertensi yang diinduksi kehamilan dan hipertensi yang diperberat kehamilan. Hipertensi umumnya disertai edema dan proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-kejang dan koma (eklamsia).
Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus atau parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis, tromboflebitis dan bakteriemia.

Alasan menurunnya angka kematian ibu :
• Transfusi darah
• Anti mikroba
• Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbangan asam-basa pada komplikasi- komplikasi serius kehamilan dan persalinan.

Aspek budaya di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
Berikut budaya yang ada di beberapa daerah terhadap kesehatan ibu hamil :
1.Jawa Tengah :
•bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2.Jawa Barat :
•ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3.Masyarakat Betawi :
•berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
4.Daerah Subang :
•ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993) .

Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu , Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).

Aspek sosial di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.

Penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (kejang-kejang yangberlebihan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga.

Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.

Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.

Daftar Pustaka :
•Central Bureau of Statistics et al 1995 Indonesia DemograQhic and health Survey
•Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994, Pusat Data Kesehatan, Jakarta
•Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan, diterjemahkan oleh Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
•Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat, Depok, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
•Kalangi, Nico S 1994 Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin.
•Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan Kesehatan, Jakarta: PT Gramedia.
•Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan Kesehatan", Pusat Kaajian Wanita FISIP UI, di Jakarta
Diposkan oleh ILMU KEPERAWATAN di 19.35
ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP TRIMESTER KEHAMILAN

Respon psikologis masa hamil berubah setiap saat sesuai dengan trimesternya , yang diawali dengan suatu ketidakpastian (ambivalent) pada kehamilannya dan berfokus hanya pada diri sendiri lalu lambat laun fokus tersebut mulai bergeser ke arah bagaimana ia dapat melindungi janin yang dikandungnya .

Gambaran dari ambivalensi di antaranya :
•Kebanyakan wanita menunjukan ambivalen terhadap kehamilannya
•Ada yang merasa saat ini bukan waktu yang tepat untuk hamil
•Sekalipun kehamilan diharapkan/direncanakan sering kali wanita mengatakan tidak berfikir akan hamil secepat itu
•Wanita merasa belum siap dengan kehamilannya
•Wanita sering ingin tidak hamil sampai tercapai suatu tujuan tertentu/bila rencananya sudah matang .

Ada bebereapa respon pada setiap trisemesternya , di antaranya :
1.RESPON PSIKOLOGI TRIMESTER 1
Reaksi psikologis dan emosi yang biasanya timbul pada wanita terhadap kehamilan :
•Kecemasan
•Kegusaran
•Ketakutan
•Perasaan panik

Ada beberapa wanita menganggap bahwa kehamilan merupakan hal yang tidak menyenangkan , dan merupakan sebuahancama , kegawatan , bahkan menyebabkan ketakutan akan bahaya yang menimpa dirinya , sehingga tidak jarang ada beberapa wanita yang mengetahiu bahwa ia hamil tidak merasa senang , bahkan ada yang mencoba untuk membunuh diri dan janinnya .

2.RESPON PSIKOLOGI TRIMESTER 2
Konsep abstrak kehamilan menjadi identifikasi nyata
•Perut menjadi membesar
•Gerakan janin terasa (quickening) dan gerakan ini merupakan peristiwa penting karena gerakan janin yang lembut ini menandakan bahwa kehidupan terjadi dalam rahim,
•Saat memeriksakan diri kepada bidan terdengar suara denyut jantung janin ataupun melihat janin bergerak-gerak saat melakukan USG ke dokter
•Wanita sudah dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan
•Wanita mulai memikirkan, janin merupakan bagian dari dirinya yang secara keseluruhan bergantung kepadanya sehingga wanita berusaha untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yang dapat bermanfaat bagi tumbuh kembang janinnya, istirahat yang cukup dan lain-lain
•Sekarang wanita tersebut mengatakan “Saya akan mempunyai bayi” .

3.RESPON PSIKOLOGI TRIMESTER 3
•Wanita sudah dapat menyesuaikan diri
•Kehidupan psikologik-emosional dikuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai persalinan yang akan datang
•Pikiran dan perasaan akan tanggung jawab sebagai ibu yang akan mengurus anaknya .

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3 macam faktor antara lain :
1.Faktor fisik
Jadi faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut . Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat , puskesmas , rumah bersalin , atau poliklinik kebidanan .
2.Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang telah lahir nanti dan akan membuat janin merasa gelisah .

Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu . Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal , maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri , lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan , persalinan , dan masa nifasnya .

3.Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini pun mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup , adat istiadat , fasilitas kesehatan dan ekonomi . Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh terhadap ibu dan janin yang dikandungnya . Perilaku makan juga harus diperhatikan , terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan ysng dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil , maka sebaiknya tetap dikonsumsi . Ibu hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya .
Ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin . Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin , merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik , maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik .

Daftar Pustaka :
•Posted in kehamilan, psikologi kebidanan
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/05/proses-adaptasi-ibu- hamil/
•http://miamisland.blogspot.com/2010/03/aspek-sosial-budaya-pd-setiap.html

Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan

Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan , hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit , kebiasaan dan ketidaktahuan , seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak . Pola makan , misalnya , pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar . Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu , termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan , tabu , dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu .

Pada aspek sosial budaya pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap , yakni di antaranya :
1. Pada fase pertama adalah bulan madu pasangan masih menjalani hidup dengan penuh kebahagian , dan hal itu karena didasari rasa cinta diawal perkawinan . Pada fase pengenalan kenyataan , pasangan mengetahui karakteristik dan kebiasaan yang sebenarnya dari pasangan .

2. Pada fase kedua mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan adanya perbedaan yang terjadi . Apabila sukses dalam menerima kenyataan maka akan dilanjutkan dengan suksesnya fase menerima kenyataan . Apabila pasangan sukses mengatasi problema keluarga dengan berapatasi dan membuat aturan dan kesepakatan dalam rumah tangga maka fase kebahagiaan sejati akan diperolehnya.
Menurut faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta , ekspresi afeksi , saling menghormati dan menghargai , saling terbuka antara suami istri . Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri , serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul , sehingga kebahagiaan dalam hidup berumah tangga akan tercapai .

Ada beberapa contoh mitros yang beredar di kalangan masyarakat di antaranya :
Beberapa kepercayaan yang ada misalnya di Jawa Tengah , ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak . Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat , ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan . Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin . Contoh lain di daerah Subang , ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan . Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah . Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.

Daftar Pustaka :
•http://miamisland.blogspot.com/2010/03/aspek-sosial-budaya-pd-setiap.html

Minggu, 28 November 2010

Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Anak

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN ANAK

Tak dapat kita pungkiri bahwa indonesia masih sangat memperhatinkam masalah yang berhubungan dengan kesehatan anak . Banyak sekali anak anak penerus bangsa yang meninggal dengan sangat menyedihkan , diantaranya kurangnya asupan makanan yang di butuhkan sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi , busung lapar , yang begitu menyayat hati adalah bahwa anak adalah anak penerus bangsa yang seharusnya di jaga , di rawat dengan memberikan asupan yang di butuhkan .

Walaupun perkembangan teknologi yang begitu pesat , namun tidak membuat masyarakat tergoyah akan pegangannya yang sudah mereka percayai secara turun temurun , terutama tentang kesehatan anak yang terkadang ada yang bertolak belakang dengan nasihat yang di berikan oleh para medis yang sebenarnya menjadi salah satupenghambat kesehatan anak .

Mitos – mitos yang berkembang di masyarakat diantara lain misalnya :

• Misalnya jika rambut anak basah maka anak anda akan masuk angin
Padahal faktanya , salah seorang pakar kesehatan mengatakan dari riset yang dilakukan dimana setengah kelompok anak dibiarkan dalam ruangan yang hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam , kelompok yang berada di lorong tidak mengalami pilek atau flu , jadi ” kedinginan belum tentu mempengaruhi system kekebalan secara langsung ” .

• Pada saat ibu menyusui bayinya , akan mengeluarkan cairan yang berwarna sedikit kekuningan , pada beberapa mitos yang berkembang , cairan tersebut merupan susu basi yang di produksi oleh ibu . Padahal sebenarnya cairan yang berwarna sedikit tersebut memiliki kandungan zat yang di perlukan oleh bayi .

• Anak akan kehilangan 75% panas tubuh melalui kepala .
Mitos macam itu berkembang karena keharusan kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika cuaca dingin . Hal ini dibenarkan , karena kepala bayi memiliki prosentase lebih besar daripada bagian tubuh lainnya . Akan tetapi , ketika sudah besar , keluarnya panas melalui kepala kepala hanya 10% , sisanya panas tubuh keluar melalui kaki , lengan dan tangan .

• Pemberian Vitamin secara paksa agar nafsu makan anak akan bertambah , padahal pemberian vitamin pada anak memang di anjurkan namun tetap melihat berapa umur anak tersebut agar dapat melihat dosis yang cocok untuk anak tersebut , namun dengan pemberian vitamin terlalu banyak dapat menyebabkan luka pada lambungnya , apalagi bila anak tersebut makan dengan tidak teratur , maka akan menimbulkan rasa perih pada perutnya dan membuat anak tersebut tidak nafsu makan . Jadi berilah vitamin pada anak yang cukup , tidak terlalu banyak dan tidak juga kurang .

• Pemberian Vitamin tidaklah terlalu penting inilah yang berkembang di beberapa masyarakat , karena vitamin tersebut tidak berfungsi bagi anak mereka , karena mereka berasumsi vitamin tersebut tidak bekerja pada anak mereka , padahal vitamin bekerja dalam jangka yang pendek , tapi bekerja secara bertahap , dan hal inilah yang tidak di ketehui oleh mereka .

Daftar Pustaka :

• http://kandrawilko.blogspot.com/2009/01/persepsi-sosial-dan-budaya-kesehatan.html

Aspek Sosial Budaya pada Masa Nifas

Aspek Sosial Budaya Dasar Pada Masa Nifas

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia . Sedangkan kata Sosial berasal dari bahasa latin Societas yang berarti hubungan sahabat lain , dan dapat di artikan dengan hubungan sesama manusia , jadi setiap anggotanya memiliki perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama .

Sedangkan arti sederhana dari Masa Nifas merupakan masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu , jadi masa nifas itu sendiri merupakan masa di mana bagian dalam rahim ibu akan memulih .

Berbagai macam Aspek Sosial Budaya Pada Masa Nifas , diantaranya :

• Pada ibu yang sedang masa nifas dilarang makan telur , daging , udang , ikan laut,nanas , dan makanan yang berminyak .
dampak negative akan dilarangnya mengkonsumsi telur , daging , udang , ikan laut , nanas , dan makanan yang berminyak adalah dapat merugikan karena pada masa nifas ibu membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi menjadi sehat dan dampak positif dari larangan ini tidak ada , karena seharusnya ibu mengkonsumsi telur , ikan karena baik untuk hasil produksi susu ibu bagi bayinya .

• Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang .
Adapun dampak negative dari dilarangnya seorang ibu tidur siang, ibu menjadi kurang istirahat sedangkan pada masa ini seorang ibu harus cukup istirahat dan mengurangi kerja berat , selain itu ibu pun harus makan yang teratur , karena saat masa nifas ibu bukan hanya memberikan vitamin atau pun zat lainnya untuk tubuh , tapi ibu pun memberikan asupan untuk bayinya dengan menyusui .

• Selama masa nifas ibu hanya boleh mengkonsumsi tahu dan tempe tanpa rasa (tanpa di beri rasa atau di beri garam) , selain itu ibu pun di larang untuk banyak makan dan banyak minum , bahkan ada yang beredar bahwa bila ibu ingin makan harus di sangrai terlebih dahulu sebelum di konsumsi . Padahal seharusnya ibu memakan makanan yang sehat karena akan mempercepat penyembukan pada kandung ibu .

• Pada masa nifas dan saat menyusui , ibu harus puasa , tidak makan makanan yang padat setelah waktu maghrib .
Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak , namun terdapat dampak negatifnya yaitu ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi berkurang

• Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0 - 7 hari dan 8 - 30 hari .

• Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat atau diurut , diberi pilis atau lerongan dan tapel .
Dalam hal ini jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadi lancar namun jika pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan . Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat atau menyebabkan alergi .

• Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air , disaring , dicampur garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak.

• Dalam hal ini sama sekali tidak memiliki dampak yang positif karena abu , dan asam tidak mengandung zat yang di gunakan ibu untuk memproduksi ASInya , dan abu serta asam ini tidak mempengaruhi ibu untuk memproduksi ASInya lebih banyak.

• Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
Dari sisi medis , sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan . Alasannya , aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim , yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula Contohnya infeksi atau akan perdarahan ataupun pengaruh psikologis , kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi .

• Adapun sosial budaya yang terjadi pada kalangan masyarakat , contoh lainnya adalah seorang ibu yang ingin keluar rumah harus memakai sendal jepit selama 40 hari selama masa nifas .

• Kemudian harusd smeminum jamu , agar rahim ibu cepai memulih . Padahalksebenarnya , tidak harus meminum jamu pun rahim ibu akan memulih , hanya dengan mengkonsumsi makanan yang bernutrisi .

Aspek sosial Budaya pada Bayi Baru Lahir

Aspek Sosial Budaya pada Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm ( 37 - 42 minggu ) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram . Bayi yang lahirnya normal sangatlah di harapkan oelh siapa saja , baik ibu , suami , dan juga keluarga , karena baik yang lahir dengan normal biasanya memiliki daya tahan tubuh yang lebih dari pada bayi yang lahir dengan cara cecar . Selain lahir pada sembilan bulan bayi normal pun memiliki kriteria yang berbeda dengan anak yang tidak dengan lahir dengan normal ( di keluarkan dengan cara di cecar karena memiliki masalah , dan juga lahir sebelum waktunya ( misalnya seharusnya sembilan bulan tapi lahir pada tujuh bulan , yang biasa di sebut prematur ) .

Ciri-ciri bayi normal antara lain diantaranya :
a) Berat badan 2500-4000 gram
b) Panjang badan 48-52 cm
c) Lingkar badan 30-38 cm
d) Lingkar kepala 33-35 cm
e) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun sampai 120-160 x/menit
f) Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turunsampai 40 x/menit
g) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk terbentuk dan diliputi verniks caeseosa
h) Rambut lanugo tidak terlihat , rambut tampak sempurna
i) Kuku agak panjang dan lemas
j) Testis sudah turun (pada anak laki-laki) , genitalia labio mayora telah C menutupi labia minora ( pada anak perempuan )
k) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l) Refleks moro sudah baik , bayi dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk
m) Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam .

Defenisi BBLR ( Bayi Baru Lahir Normal ) pada kongres EUROPEAN PERINATAL MEDICINE II di London tahun 1970 , sebagai berikut :

1.Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu (249 hari)

2.Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 sampai empat puluh dua minggu (259 sampai 293 hari)

3.Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).

Pelayanan kesehatan pada bayi dalam kandungan sangatlah penting , selain untuk mengetahui perkembangan dari janin , juga memperhitungkan kapan bayi tersebut akan lahir . pertumbuhan janin sangatlah di pengaruhi oleh ibunya , misalnya ibu tersebut rajin dalam memeriksakan kandungan , maka mungkin bayi tersebut bila ada sesuatu yang masalah akan segera cepat di tangani secara dini , maka masalah tersebut tidak begitu fatal di alami oleh bayi terserbut .

Bayi dengan berat yang lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
1.Faktor-faktor yang berkaitan dengan ibu seperti: umur ibu , umur kehamilan , paritos , berat badan dan tinggi badan , status gizi (nutrisi) , anemia , kebiasaan minum alkohol dan merokok , penyakit-penyakit keadaan tertentu waktu hamil (misalnya anemia , pendarahan dan lain-lain) , jarak kehamilan , kehamilan ganda , riwayat abortus .

2.Faktor janin meliputi kehamilan kembar dan kelainan bawaan ( kelainan yang terjadi di dalam rahim ) .

3.Faktor lingkungan seperti pendidikan dan pengetahuan ibu , pekerjaan , dan status sosial ekonomi dan budaya yang berlaku pada lingkungann yang di tempati oleh ibu .

4.Pelayanan kesehatan ( antenatal cores ) , jadi kurangnya melakukan pemeriksaan terhadap kandungan ( janin ) .

Terkadang mitos yang berkembang untuk bayi yang baru lahir ada yang brsifat positif namun tak sedikit pula yang bersifat negatif , hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat bayi baru lahir dan kurangnya penyuluhan yang di adakan di tempat tersebut .
Adapun beberapa contoh mitos merawat bayi yang beru lahir yang berkembang dan berlaku pada masyarakat , di antaranya :
•Dibedong agar kaki tidak bengkok
Dalam hal ini , hampir setiap bayi memiliki kaki yang tampak bengkok , begitulah kaki bayi . Ini disebabkan karena bayi tersebut masih terbiasa dengan posisi meringkuk ketika masih berada didalam rahim , namun dengan seiring berjalannnya waktu , kakinya akan lurus dengan sendirinya .
Padahal pada kenyataannya , dibedong dapat menggangu perdedaran darah bayi . Jantungnya akan terpaksa bekerja lebih berat untuk memompa darah karena tubuhnya lipat oleh kain yang terlalu berat . Bahkan , ini dapat memberi resiko membahayakan tulang panggul , dapat menyebabkan dislokasi ( kesalahan penempatan ) panggul dan paha . namun ada juga dari beberapa ibu yang membedong bayi untuk melindungi dari dingin , baik karena faktor cuaca atau setelah mandi . Sebenarnya baju lengan panjang dan celana panjang pun sudah cukup untuk menghangatkan tubuh bayi .

•Hidung ditarik-tarik agar mancung
Tidak ada hubungannya menarik hidung dapat membuat mancung hidung , semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah menjadi bawaan (terjadi di dalam rahim maupun merupakan sifat keturunan ) .

•Pemakaian gurita agar tidak kembung
Bayi bernapas dengan otot-otot pada perutnya . Jadi, memasangkan gurita justru akan manghambat pernapasannya , jadi bentuk perut bayi yang kembung memang merupakan bentuk alamiah yang terjadi pada bayi yang baru lahir , seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan , maka perutnya akan berbentuk seperti normal , ( kecuali memang terjadi suatu kelainan , misalnya mempunyai penyakit busung lapar ) . Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang terutama di bagian dada agar jantung dan paru-parunya agar dapat berkembang dengan baik , dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak terlalu kencang .

•Mengoleskan cabai mereh ke pipi bayi
Agar bayi tersebut memiliki lesung pipit , padahal sebenarnya , lesung pipit akan keluar dengan sendirinya , bila memang ada (keturunan) .

•Dagu bayi di garisi oleh korek api
Pada mitos ini di percaya agar dagu bayi dapat membelah , padahal tidak berpengaruh sekali .

•ASI pertama yang berwarna kekuningan merupakan ASI yang sudah basi dan tidak baik dikonsumsi bayi
ASI pertama adalah kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh dan kaya akan protein . Warna dan penampilan ASI putih keruh serta encer sering pula diasumsikan sebagai ASI kualitas jelek . Warna dan kejernihan ASI sangat tergantung bahan nutrien yang terkandung di dalamnya .


Daftar Pustaka :
•http://wanipintar.blogspot.com/2009/06/aspek-sosial-budaya-dasar-pada-bayi.html
Diunduh pada tanggal 14 Oktober 2010
•http://baca-dulu-ah.blogspot.com/2009/10/mitos-bayi-baru-lahir.html
Diunduh pada tanggal 14 Oktober 2010

Sabtu, 06 November 2010

perbedaan kehidupan sosial masyarakat perkotaan dan pedesaan

Terlihatnya Mana Perkotaan Dan Mana Pedesaan

MASYARAKAT PEDESAAN

Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa.

Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
1.Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.

2.Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan

3.Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian

4.Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adapt istiadat, dan sebagainya

MASYARAKAT PERKOTAAN

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.

Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1.kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa

2.orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .

3.Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.

4.pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata

5.kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa

6.interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi

7.pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu

8.perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

Ada beberapa perbedaan pelapisan sosial yang tak resmi antara masyarakat desa dan kota :
• Pada masyarakat kota aspek kehidupannya lebih banyak system pelapisannya dibandingkan dengandi desa.

• Pada masyarakat desa kesenjangan antara kelas eksterm dalam piramida sosial tidak terlalu besar dan sebaliknya.

• Masyarakat perdesaan cenderung pada kelas tengah.

• Ketentuan kasta dan contoh perilaku.

Menurut Poplin (1972) sebagai berikut:

Masyarakat Pedesaan :
1.Perilaku homogen
2.Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3.Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status .
4.Isolasi sosial, sehingga statik
5.Kesatuan dan keutuhan kultural
6.Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
7.Kolektivisme

Masyarakat Kota :
1.Perilaku heterogen
2.Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
3.Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4.Mobilitassosial,sehingga dinamik
5.Kebauran dan diversifikasi kultural
6.Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular
7.Individualisme


Sumber :

•http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/perbedaan-masyarakat-perkotaan-pedesaan/