Senin, 29 November 2010

Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan

Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan , hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit , kebiasaan dan ketidaktahuan , seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak . Pola makan , misalnya , pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar . Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu , termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan , tabu , dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu .

Pada aspek sosial budaya pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap , yakni di antaranya :
1. Pada fase pertama adalah bulan madu pasangan masih menjalani hidup dengan penuh kebahagian , dan hal itu karena didasari rasa cinta diawal perkawinan . Pada fase pengenalan kenyataan , pasangan mengetahui karakteristik dan kebiasaan yang sebenarnya dari pasangan .

2. Pada fase kedua mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan adanya perbedaan yang terjadi . Apabila sukses dalam menerima kenyataan maka akan dilanjutkan dengan suksesnya fase menerima kenyataan . Apabila pasangan sukses mengatasi problema keluarga dengan berapatasi dan membuat aturan dan kesepakatan dalam rumah tangga maka fase kebahagiaan sejati akan diperolehnya.
Menurut faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta , ekspresi afeksi , saling menghormati dan menghargai , saling terbuka antara suami istri . Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri , serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul , sehingga kebahagiaan dalam hidup berumah tangga akan tercapai .

Ada beberapa contoh mitros yang beredar di kalangan masyarakat di antaranya :
Beberapa kepercayaan yang ada misalnya di Jawa Tengah , ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak . Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat , ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan . Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin . Contoh lain di daerah Subang , ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan . Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah . Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.

Daftar Pustaka :
•http://miamisland.blogspot.com/2010/03/aspek-sosial-budaya-pd-setiap.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar